Uraian
Sedemikian banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi sehingga paling baik yang dapat dilakukan hanyalah memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan berbagai kecenderungan yang sedang berkembang saat ini. Tidak semua semuanya dapat diuraikan pada kegiatan belajar ini, tetapi sebagai ilustrasi akan diuraikan pertumbuhan penduduk dan ketahanan pangan, perubahan iklim dan jenis-jenis gulma baru, globalisasi dan invasi spesies asing, liberalisasi perdagangan dan gulma sebagai hambatan non-tarif, serta gulma pada era demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah.Setiap faktor akan diuraikan singkat disertai dengan tautan ke halaman situs lain untuk mengakses informasi lebih lengkap.
Penduduk dunia tahun 2010 mencapai 6.890.700.000, Indonesia 237.556.363 (sensus penduduk 2010), dan Provinsi NTT 4.679.316. Indonesia merupakan negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia, di bawah AS (310.542.000) dan di atas Brazil (190.732.694), menyumbang 3,45% terhadap jumlah penduduk dunia. Menurut Divisi Penduduk Departemen Urusan Ekonomi dan Penduduk PBB (1999), penduduk dunia diperkirakan akan terus meningkat menjadi 8.011.533.000 pada 2025 dan 9.149.984.000 pada 2050, sedangkan menurut Sensus Penduduk 2010 penduduk Indonesia meningkat dengan laju 1,49% per tahun sehingga dapat diperkirakan menjadi 296.561.968 pada 2025 (3,70% penduduk dunia) dan 429.236.621pada 2050 (4,69% penduduk dunia). Sementara itu, berkat Revolusi Hijau, produktivitas serealia, yang merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia, meningkat menjadi sekitar 3 ton/ha setelah 1990, tetapi sejak 1985 produksi per kapita justru menurun dari sekitar 375 kg/orang menjadi di bawah 350 kg/orang. Penurunan produksi per kapita tersebut terjadi karena berbagai faktor, termasuk kehilangan hasil oleh OPT yang di dalamnya tercakup gulma yang pada serealia negara-negara maju saja (winter rye, winter wheat, spring wheat, barley, dan oats) dapat menyebabkan kehilangan hasil lebih dari 5%.
Pada pihak lain, konsumsi serealia dunia yang pada 1990 sebesar 1.921,3 juta ton pada 2025 diperkirakan akan meningkat menjadi 2.679,0 juta ton hanya berdasarkan jumlah penduduk atau menjadi 3.046,5 juta ton berdasarkan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menurunkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh gulma tersebut, bukan hanya pada serealia, tetapi juga pada jenis-jenis tanaman pangan lainnya. Tantangan ini menjadi lebih rumit bagi Indonesia, bukan hanya karena laju peningkatan jumlah penduduk yang tinggi, melainkan juga karena kebijakan pembangunan pertanian yang belum disertai dengan strategi perlindungan tanaman yang jelas, khususnya strategi pengendalian gulma sebagaimana yang telah dimiliki oleh negara-negara maju. Jangankan strategi pengendalian gulma, data mengenai gulma dan kehilangan hasil oleh gulma saja sulit diperoleh untuk Indonesia, apalagi untuk Provinsi NTT.
Gambar 6.1. Produksi serealia dunia: (a) Produktivitas serealia (ton/ha) 1951-1997 dan (b) Produksi per kapita (kg/orang) 1951-1997. Sumber: Dyson (1997)
Gambar 6.2. Hubungan antara kehilangan hasil serealia negara-negara maju (winter rye, winter wheat, spring wheat, barley, dan oats) dengan biomasa gulma (sumbu x, g/m2)
Bersamaan dengan itu, perubahan iklim global (global climate change) semakin menjadikan permasalahan gulma semakin pelik ke depan. Consentrasi CO2 atmosfer meningkat dari periode pra-industri sebesar 280 ppm menjadi 379 ppm pada 2005. Selama 8000 tahun sebelum industrialisasi, meningkat hanya sebesar 20 ppm, tetapi sejak 1759 konsentrasi CO2 meningkat menjadi hampir 100 ppm. Laju peningkatan tahunan konsentrasi CO2 hasil pengukuran selama 1960-2005 yang besarnya 1,4 ppm/tahun meningkat menjadi 1,9 ppm/tahun selama 1995-2005. Peningkatan konsentrasi CO2 tersebut juga disertai dengan peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca lainnya seperti CH4, SO2, N2O, dan CFC. Peningkatan CO2 dan gas-gas rumah kaca ini merupakan penyebab meningkatnya radiative forcing menjadi 1.66 ± 0.17 W/m2 yang berakibat pada terjadinya peningkatan suhu global yang kemudian diiringi pula dengan perubahan pola presipitasi global.
Gambar 6.3. Anomali rerata suhu udara atmosfer global (pemanasan glonal): (a, atas) Anomali suhu teramati rerata global terhadap rerata suhu 1961-2005 disertai dengan kurva peningkatan suhu yang menunjukkan bahwa semakin terkini data yang digunakan maka semakin miring kurva yang dihasilkan (semakin tinggi laju peningkatan suhu); (b, bawah) Pola ruang global peningkatan suhu atmosfer permukaan (kiri) dan suhu trofosfer (kanan), (b) Anomali suhu rerata bulanan strafosfer bawah (A), trofosfer tengah-atas (B), trofosfer bawah (C), dan permukaan bumi (D). Sumber: IPPC (2007)
Gambar 6.4. Perubahan pola presipitasi global 1900-2005, peta di tengah menunjukkan perunahan rerata tahunan (% per abad), sedangkan kurva menunjukkan % perubahan presipitasi terhadap rerata presipitasi 1961-1990. Sumber: IPPC (2007)
Peningkatan konsentrasi CO2, suhu udara, dan pola presipitasi tersebut tentu saja akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dinamika populasi, dan bahkan invasi gulma. Peningkatan CO2 diperkirakan akan lebih menguntungkan gulma daripada tanaman. Meskipun banyak jenis gulma penting memiliki jalur fotosintesis C4 sehingga kurang tanggap terhadap peningkatan CO2 dibandingkan dengan tanaman yang memiliki jalur fotosintetik C3, bukan tidak mungkin jenis-jenis gulma dengan jalur fotosintetik yang sekarang kurang penting nanti akan menjadi gulma penting. Sementara itu, peningkatan suhu akan mendorong jenis-jenis gulma penting di kawasan tropika dataran rendah menjangkau kawasan sub-tropika dan kawasan tropika dataran tinggi. Hal ini menyebabkan petani, misalnya, di Australia pada umumnya dan Australia bagian Selatan pada khususnya harus menghadapi jenis-jenis gulma baru yang belum pernah dikenal sebelumnya. Demikian juga dengan petani di kawasan tropika, akan menghadapi jenis-jenis gulma yang sebelumnya hanya terdapat di dataran rendah. Pada pihak lain, perubahan pola presipitasi diperkirakan akan berdampak lebih melalui perubahan pola budidaya sebagai dampak dari perubahan iklim yang terjadi.
Gambar 6.5. Perkiraan perubahan indek kesesuaian iklim untuk tiga jenis gulma yang belum terdapat atau selama ini belum menjadi gulma di sebagian besar wilayah Australia: (a) Chromolaena odorata, (b) Acacia nilotica, dan (c) Buddleja davidii. Warna putih=tidak sesuai, hijau=marjinal, birum muda=sesuai, dan biru tua=sangat sesuai. Sumber: Farming Ahead (2007, March).
Perluasan keadaan iklim yang menjadi lebih sesuai ke arah sub-tropika dan ke dataran tinggi tropika akan menjadi tempat kosong (vacant site) yang akan diisi oleh jenis-jenis gulma dari kawasan tropika dataran rendah melalui proses invasi. Proses invasi yang sebelumnya terjadi lambat diperkirakan akan meningkat bukan hanya karena perubahan iklim melainkan juga oleh globalisasi. Globalisasi dicirikan antara lain oleh meningkatnya arus orang dan barang dalam waktu sangat cepat melintasi jarak yang sebelumnya memerlukan waktu lama untuk melintasinya. Peningkatan arus orang dan barang tersebut akan disertai pula dengan meningkatnya peluang disertai oleh organ pencar gulma, khususnya biji, terutama dari negara-negara maju yang mendominasi ekspor dan menjadi tempat asal wisatawan ke negara-negara sedang berkembang yang bergantung pada ekspor dan kunjungan wisatawan mancanegara.
Sementara itu, globalisasi juga akan mengarah pada penguasaan industri benih dan sarana produksi pertanian oleh negara-negara maju. Melalui paten negara-negara maju akan merampok sumberdaya genetik negara-negara berkembang yang kaya secara keanekaragaman hayati tetapi miskin secara ekonomi dan kemampuan sumberdaya manusia untuk kemudian menjualnya kembali dengan harga mahal sebagai benih bermerk ke negara-negara sedang berkembang. Tidak banyak orang yang sadar bahwa dewasa ini 23% pasar benih komersial dunia dikuasai hanya oleh 10 perusahaan multinasional negara-negara maju dengan nilai perdagangan mencapai US $ 23 milyar, perusahaan yang sama juga menguasai perdagangan sarana produksi pertanian dunia, dan 5 perusahaan multinasional lain negara-negara maju mengendalikan perdagangan biji-bijian dunia. Dengan sedemikian berkuasanya perusahaan multinasional negara-negara maju tersebut, bukan tidak mungkin ke depan, ketika gulma telah begitu menjadi masalah, mereka akan menguasai tanaman yang mampu berkompetisi dengan gulma.
Kemampuan negara-negara maju untuk semakin menguasai dunia dilakukan dengan menggunakan instrumen liberalisasi perdagangan yang dikendalikan melalui World Trade Organization (WTO). Menurut ketentuan WTO, perdagangan dunia perlu diupayakan agar menjadi tanpa diskriminasi, lebih bebas, lebih dapat diprediksi, bersaing lebih sehat, dan lebih mempromosikan pembangunan dunia. Menurut WTO, tarif yang dikenakan oleh setiap negara bagi produk impor harus dihilangkan dan subsidi dipandang sebagai kebijakan yang tidak sehat bagi perdagangan dunia. Untuk menjamin perdagangan dunia menjadi lebih bebas, WTO menetapkan berbagai instrumen standardisasi yang mengikat negara-negara anggotanya. Semua ketentuan WTO memang fair, tetapi fair bagi siapa?
Negara-negara maju dengan instansi karantina yang kuat dan didukung dengan fasilitas karantina yang canggih dengan mudah dapat mendeteksi adanya kontaminasi gulma atau herbisida pada produk negara-negara sedang berkembang, sedangkan negara-negara sedang berkembang sebaliknya. Lebih-lebih bagi negara-negara yang memerlukan bantuan, bagaimana mungkin melakukan pemeriksaan ketat terhadap produk negara-negara maju yang masuk dengan label bantuan kemanusiaan. Padahal, apapun labelnya, apakah barang impor yang masuk secara biasa atau sebagai bantuan kemanusiaan, semuanya mempunyai peluang untuk terinfestasi gulma. Masuknya kodok raksasa dari Australia ke Timor Leste merupakan contoh bagaimana bantuan kemanusiaan dalam jangka pendek dapat disertai dengan invasi spesies asing yang akan sangat merugikan dalam jangka panjang. Kodok raksasa memang bukan gulma, tetapi bersama masuknya kodok hijau ke Timor Leste siapa juga yang tahu kalau sekian jenis gulma juga ikut serta.
Lebih daripada barang, produk ekspor negara-negara maju yang sebenarnya tidak kalah penting adalah demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah. Sebagaimana halnya liberalisasi perdagangan, demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah merupakan sesuatu yang baik di negara-negara maju yang diasumsikan tentu juga baik bagi semua negara. Akan tetapi, setiap negara mempunyai latar belakang sejarah dan budaya yang berbeda sehingga apa yang baik di negara-negara maju tidak dengan sendirinya dapat menjadikan negara-negara berkembang menjadi sebaik negara-negara maju. Alhasil, demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah yang diekspor paksa ke berbagai negara berkembang justru menimbulkan banyak ketegangan dan kepincangan pelayanan publik. Indonesia boleh berbangga karena dipandang dunia sebagai negara berkembang yang sukses melakukan demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah. Namun di balik kesuksesan tersebut, demokratisasi dimaknai tidak lebih daripada sekedar pesta pemilihan umum dan desentralisasi dan otonomi daerah tidak lebih daripada sekedar pemindahan kewenangan ke daerah.
Akuntabilitas dan pelayanan publik yang di negara-negara maju merupakan wujud sesungguhnya dari demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah ternyata masih sangat jauh dari harapan. Pemilihan umum terus dilakukan, pemerintahan terus berganti, tetapi pemerintahan yang baru tetap saja tidak banyak memperbaiki akuntabilitas dan pelayanan publik. Tidak mengherankan bila dari dahulu Indonesia tidak mempunyai strategi nasional perlindungan tanaman, apalagi strategi nasional menghadapi gulma sebagaimana misalnya yang dimiliki negara-negara maju seperti Australia misalnya, sampai sekarang pun tetap tidak punya. Dari dahulu tidak mempunyai database mengenai gulma-gulma penting, sampai sekarang pun tetap tidak punya. Jangan lagi ditanya pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Bahkan di Provinsi NTT yang sedang melaksanakan program intensifikasi jagung sekalipun, yang diprioritaskan pemerintah daerah adalah membudidayakan jagung varietas unggul yang benihnya diproduksi oleh perusahaan benih. Untuk dapat mencapai produksi potensialnya, varietas unggul tersebut harus dibudidayakan bebas gulma yang dengan sendirinya membuka pasar bagi berbagai jenis herbisida yang diproduksi oleh negara-negara maju.
Rangkuman
Berbagai perkembangan yang terjadi dewasa ini dapat menyebabkan permasalahan gulma akan menjadi kompleks di masa depan. Di antara perkembangan tersebut, yang perlu mendapatkan perhatian dalam kaitan dengan kemampuan mengelola gulma di masa depan adalah pertumbuhan penduduk dan ketahanan pangan, perubahan iklim dan jenis-jenis gulma baru, globalisasi dan invasi spesies asing, liberalisasi perdagangan dan gulma sebagai hambatan non-tarif, serta gulma pada era demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah.
Glosarium
- demokratisasi: tindakan untuk menjadikan demokratis, perubahan ke arah keadaan politik yang lebih demokratis, proses untuk mentransformasi sebuah institusi untuk memenuhi norma-norma demokrasi
- desentralisasi: proses untuk menyebar tatakelola pengambilan keputusan menjadi lebih dekat kepada masyarakat atau publik, pemindahan sebagian kekuasaan pemerintahan dari pusat ke daerah, proses sosial yang melibatkan perlindahan penduduk dan industri ke luar dari pusat perkotaan ke daerah di sekitarnya
- globalisasi: suatu proses yang terus berlangsung untuk mengintegrasikan perekonomian, masyarakat, dan kebudayaan regional melalui jejaring global komunikasi, transportasi, dan perdagangan
- gulma penting nasional: gulma yang ditetapkan melalui perundang-undangan oleh pemerintah federal Australia untuk mendapatkan prioritas penanganan
- hama darurat: binatang hama, patogen, dan gulma yang melalui kebijakan yang berlaku di Australia ditetapkan dapat menimbulkan keadaan darurat
- kawasan pengelolaan sumberdaya alam: kawasan yang ditetapkan untuk dikembangkan bersama masyarakat setempat dengan dukungan universitas.
- keanegakaranam hayati: variabilitas antar mahluk hidup dalam hal komposisi genetik, spesies, komunitas, ekosistem, dan untuk manusia termasuk kebudayaannya.
- ketahanan hayati: perlindungan ekonomi, lingkungan hidup, dan kesehatan manusia dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh hama, penyakit, dan gulma
- ketahanan pangan: (a) ketersediaan pangan bergizi dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai bagi penduduk, (b) kemampuan masyarakat lokal untuk memproduksi dan memenuhi sendiri kebutuhan pangannya secara mandiri dan berkelanjutan (kedaulatan pangan)
- liberalisasi perdagangan: penghapusan atau pengurangan berbagai hambatan terhadap aliran barang dan jasa dari satu negara ke negara lain melalui antara lain penghapusan tarif (bea masuk, subsidi ekspor) dan hambatan non-tarif (lisensi, kuota, dan standar arbitrer).
- otonomi daerah: pemberian kewenangan kepada daerah untuk mengatur sebagian urusannya sendiri. Di Indonesia, otonomi daerah dimaksudkan sebagai pengalihan kewenangan dan fungsi dari pemerintahan pusat ke pemerintahan daerah
- perubahan iklim: perubahan mendasar keadaan iklim yang mempunyai dampak yang luas terhadap perekonomian, leingkungan hidup, dan keadaan sosial masyarakat, di dalamnya termasuk pemanasan global
Setiap mahasiswa wajib menyampaikan komentar dan/atau pertanyaan terhadap setiap matri kuliah di dalam kotak komentar yang disediakan di bawah materi. Mahasiswa wajib mengomentari dan.atau menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh mahasiswa lainnya, minimal terhadap komentar dan/atau pertanyaan satu mahasiswa dalam satu materi.
Batas akhir menyampaikan komentar terhadap materi ini adalah Selasa, 26 November 2019. Batas akhir ini tidak akan diperpanjang. Komentar dan/atau pertanyaan yang disampaikan melampaui tanggal tersebut akan diabaikan. Sampaikan komentar dan/ayau pertanyaan secara singkat dan jelas tanpa perlu didahului dengan sapaan.
Apakah pemerintahan Yang terus berganti menjadikan alasan Pemerintah belum menerapkan Strategi Perlindungan Tanaman? Mengapa Demikian?
BalasHapusTidak, Pemerintah indonesia suda menerapkan Strategi Perlindungan Tanaman namun belum terlaksanakan dengan baik karena buruknya SDM(Sumber Daya Manisia) yang kita miliki, untuk itu kesadaran akan SDM perluh di tingkatkan dari diri kemudian kelingkungan kita.
HapusBerkaitan dengan pengendalian gulma, apa kekurangan sistem demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah di Indonesia, dan bagaimana sistem itu harus diperbaiki sehingga pengendalian gulma dapat berjalan lebih baik?
BalasHapusTerima kasih Pak..
Baik Pak
BalasHapusDisini saya ingin bertanya,bagaimanakah hubungan antara arus globalisasi dengan perkembangan gulma, dan apakah ada dampak positif dari kedua hubungan tersebut
Terima kasih Pak
Apa peran pemerintah yang tepat dalam menghadapi bagaimana menurunkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh gulma yang rumit di Indonesia
BalasHapusTerimakasi pak untuk materi yg sudah di sampaikan..
BalasHapusYang mau saya tanyakan bagaimana proses karantina yg di lakukan oleh negara maju?
Dan apa perbedaanya dengan proses karantina yg di lakukan di indonesia?
Terimakasih pak...
Terimakasih pak untuk materi yg telah di sampaikan..
BalasHapusYang mau saya tanyakan:
Negara-negara maju mana saja yang mengendalikan perdagangan biji dunia?
Dan bagaimana perkembangan perdagangan biji di indonesia?
Terimakasih pak.
Terimakasih atas materi yang di berikan oleh bapak.
BalasHapusDari materi tersebut yang bahwasannya,peningkatan konsentrasi CO2,suhu udara dan pola presipitasi tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan dan lain-lainnya terhadap gulma.
Yang mau saya tanyakan, apakah peningkatan CO2,suhu udara dan pola presipitasi itu lebih menguntungkan terhadap semua gulma dari pada tanaman atau hanya pada gulma-gulma tertentu saja karena gulma ada yang berdaun lebar dan berdaun sempit kemudian ada pula gulma yang lebih pendek dari pada tanaman dan lebih tinggi dari tanaman.
Mohon penjelasannya.
Terima kasih pak atas materinya.
BalasHapusApakah instansi karantina di Indonesia sudah kuat atau masih perlu perbaikan. Dan jika harus diperbaiki, hal apa yang harus diperbaiki agar terus meningkatkan kualitas karantina di negara Indonesia?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBagaimana cara mengendalikan atau langkah apa yang harus kita lakukan jika tumbuh gulma baru yang tumbuh pada iklim tertentu ( gulma yang belum teridentifikasi)?
BalasHapusKalo menurut saya
HapusLangkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan cara merancang program pengendalian terhadap gulma jenis baru,seperti yang telah dijelaska dan dipaparkan pada modul 5.3.
Mengapa penerapan demokratisasi, desentralisasi dan otonomi daerah di negara maju sangat berbeda dengan penerapan yang ada di Indonesia?
BalasHapusSelamat pagi pa. Terimakasi atas materinya disini saya mau bertanya apakah faktor lingkungan mempengaruhi dalam pertumbuhan dan perkembangan gulma?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima kasih Pak atas materinya
BalasHapusDisini saya ingin bertanya
Apa yang menyebabkan akuntabilitas dan pelayanan publik di Indonesia Lebih rendah dibanding negara maju?Jalan keluar apa yang harus diambil,sehingga strategi pengendalian gulma di Indonesia dapat berjalan dengan efisien?
Terima kasih untuk materinya Pak.
BalasHapusApakah dalam karantina,ada kerja sama antar negara dalam pencegahan masuknya gulma?
Slmt sore pak
BalasHapusSaya mau bertnya
Bagaimana peran pemerintah dalam menghadapi gulma di masa yang akan datang
Kalau menurut saya,dengan mengembangkan SDM kepada masyarakat dan memberikan teknologi.
HapusSelamat Malam Pak
BalasHapusSaya Ingin Bertanya
Mengapa Peningkatan CO2 Diperkirakan menguntungkan Gulma Daripada Tanaman
kalau menurut saya,
HapusPeningkatan konsentrasi CO2 diduga juga akan dapat mengurangi tingkat serangan gulma dan menguntungkan tanaman-tanaman C3. Hal tersebut karena sebagian besar gulma pada budidaya tanaman C3 adalah jenis C4 sehingga karena mempunyai respon yang negatif terhadap peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfir maka dapat mengurangi kompetisi. Sedangkan pada budidaya tanaman C4 maka gulma yang dominan umumnya adalah gulma jenis C3 sehingga gulma akan tumbuh lebih baik dibandingkan tanaman budidaya.
Baik Pak sya ingin bertanya..
BalasHapusMengapa strategi pengendalian gulma di Indonesia berbeda dengan di negara-negara maju dan mengapa data mengenai gulma dan kehilangan hasil oleh gulma sulit di dapatkan di Indonesia??
Mohon penjelasannya pak.. Terimakasih.
Selamat pagi pak
BalasHapusSaya ingin bertanya
Bagaimana cara menanggulangi gulma yang akan terjadi di masa depan?
Terimakasih pak
Apa saja persaratan proses karantina di indonesia dan apa saja tindakan yang dilakun dalam proses karantina?
BalasHapusPersyaratan karantina diatur dalam Undang Undang No.16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan, terdiri dari :
HapusDilengkapi dengan dokumen karantina.
Melalui tempat tempat yang ditetapkan
Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina untuk dilakukan pemeriksaan.
Dan tindakan karantina terdiri dari 8 P yaitu :
Pemeriksaan
Pengasingan
Pengamatan
Perlakuan
Penahanan
Penolakan
Pemusnahan
Pembebasan
Mana yang sebenarnya lebih mengalami ancaman yang ditimbulkan oleh ivasi gulma,negara-negara yang berpenduduk sedikit atau yang berpenduduk banyak?
BalasHapusSlmat pagi pak
BalasHapusSaya mau bertanya:
Peran pemerintah dalam menangani kehilangan hasil yang disebakan gulma?
Apa yang bisa dilakukan negara sehingga dapat menghadapi tantangan ilmu gulma tersebut
BalasHapusTerimakasih Pak
Terima kasih atas materinya pak,
BalasHapussaya ingin bertanya kenapa setiap kali pergantian pemerintah, pemerintah tidak banyak memperbaiki akuntabilitas dan pelayanan publik?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima kasih pak
BalasHapusYang ingin saya tanyakan mengenai demokrasi disitu mengenai proses untuk mentransformasi tentang sebuah institusi untuk memenuhi norma-norma demokrasi,bagaimana peran pemerintah dalam menjalankan tugasnya mengatasi hal tersebut?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerimakasih atas materinya pak.
BalasHapusJika negara kita diserang lewat jalur pertanian dalam bentuk gulma dan hama, hal apa yang paling tepat dilakukan oleh kita sebagai orang-orang pertanian dalam menangani hal tersebut?
Terima Kasih Pak Atas Materinya
BalasHapusBagaimanna cara pengendalian opt yang menurunkan produktivitas sereali?
penyakit terjadi karena interaksi antara patogen, tanaman, dan faktor lingkungan, dan tentunya di atas dari faktor faktor tersebut adalah manusia..
BalasHapusJika salah satu faktor tidak turut berperan apakah kerusakan yg timbul masih bisa dikatakan berbahaya..?
Terimakasih atas materinya Pak
BalasHapusYang ingin saya tanyakan mengapa data mengenai gulma dan kehilangan hasil oleh gulma sulit diperoleh untuk Indonesia, apalagi untuk Provinsi NTT? Terimakasih Pak
Terima kasih materinya pak..
BalasHapusDi dalam konsep segitiga penyakit..
Bagaimana hubungan antara penyakit,patogen dan tanaman..
Terima kasih pak..
Terima kasih atas materinya pak
BalasHapusSaya mau bertanya bagaimana peran pemerintah khususnya pemerintah daerah NTT dalam menghadapi tantangan gulma dimasa depan
Ebobet merupakan situs slot online via deposit pulsa aman dan terpercaya, Dengan menggunakan Satu User ID bisa bermain semua game dari Bola, Live Casino, Slot online, tembak ikan, poker, domino dan masih banyak yang lain.
BalasHapusSangat banyak bonus yang tersedia di ebobet di antaranya :
Bonus yang tersedia saat ini
Bonus new member Sportbook 100%
Bonus new member Slot 100%
Bonus new member Slot 50%
Bonus new member ALL Game 20%
Bonus Setiap hari 10%
Bonus Setiap kali 3%
Bonus mingguan Cashback 5%-10%
Bonus Mingguan Rollingan Live Casino 1%
Bonus bulanan sampai Ratusan Juta
Bonus Referral
Minimal deposit hanya 10ribu
EBOBET juga menyediakan berbagai layanan transaksi deposit dan withdraw Bank Lokal terlengkap Indonesia seperti Bank BCA - Bank BNI46 - Bank BRI - Bank Mandiri - Bank Danamon - Bank Cimb Niaga, OVO, Deposit via Ovo. Deposit via Dana, Deposit via Go Pay, Telkomsel dan XL.
Situs :EBOBET
WA : +855967598801
Selamat pagi, Terima Kasih atas paparan materi yang di berikan.
BalasHapusDisini saya mau bertanya, mengapa peningkatan CO2 diperkirakan akan lebih menguntungkan gulma daripada tanaman?
Terima Kasih🙏🙏
Selamat pagi pak , disini saya ingin bertanya tentang bagaimana menurunkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh gulma tersebut, bukan hanya pada serealia, tetapi juga pada jenis-jenis tanaman pangan lainnya
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBail terima kasih saya ingin bertanya.
BalasHapusSebut dan jelaskan tanaman yang memiliki jalur fotosintetik C3,
Baik Terima kasih atas materi yang dipaparkan di atas di sini saya ingin bertanya bagaimana kah cara kita untuk mengatasi permasalahan gulma yang akan menjadi kompleks di masa depan?
BalasHapusTerima kasih 🙏
Baik trimakasih atas materi Nya, saya ingin bertanya langka apa yang harus di lakukan oleh petani maupun pemerintah untuk menghadapi tantangan gulma di masa depan, Trimakasih🙏
BalasHapusBaik terima kasih atas materinya.
BalasHapusPada materi di ataa di jelaskan Negara-negara maju dengan instansi karantina yang kuat dan didukung dengan fasilitas karantina yang canggih dengan mudah dapat mendeteksi adanya kontaminasi gulma atau herbisida pada produk negara-negara sedang berkembang, sedangkan negara-negara sedang berkembang sebaliknya.
Yang saya ingin tanyakan apakah ada hukuman yang di lakukan oleh WTO kepada negara yang lalai dalam melakukan proses karantina ini?
Terima kasih
Selamat pagi bu🙏
BalasHapusTerima kasih atas materi yang dipaparkannya..
Jadi perubahan global (global climate change)semakin menjadikan permasalahan gulma semakin pelik ke depan.jika manusia bisa mencegah perubahan tersebut mengapa tidak mencegah sebelum terjadi perubahan itu semakin pelik ke depan.dan bisa dicegah oleh manusia bagaimana cara pencegahan perubahan tersebut🙏
Terima kasih bu🙏
Dari materi yang telah saya baca di atas yang menjelaskan tentang tantangan menghadapi gulma di masa depan
BalasHapus.mohon menjelaskan apakah akan ada gulma baru yang akan dihadapi pada masa yang akan datang ???
Baik terima kasih atas materinya Berkaitan dengan pengendalian gulma, mohon jelaskan apa kekurangan sistem demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah di Indonesia,sehingga pengendalian gulma di indonesia berbeda dengan negara" yang sudah maju ?
BalasHapusTerima kasih Ibu🙏
Baik pa Terimakasih atas materi yang pa berikan 🙏 Nama saya: Theresia Aprilia Bengan Tokan
BalasHapusJurusan:Agroteknologi²
Saya ingin bertanya:kenapa gulma menjadi Maslah dalam pertanian budidaya?